Tuhan Kok Mati?
Jika Tuhan mati, maka segala sesuatu akan lenyap, kesunyian tidak sunyi lagi, indahnya pelangi dan makanan yang terlezat tidak akan kita nikmati lagi. Kata “I Love You” yang merupakan salah satu kalimat terindah, tidak akan kita dengar lagi. Tapi apakah benar Tuhan mati? Dalam pengertian apa, Tuhan mati? Tentu saja Tuhan tidak dapat mati dalam pengertian kuasa atau keberadaannya hilang.
TIDAK! Tuhan mati bukan dalam pengertian itu. Tuhan mati dalam pengertian saat Dia menjadi manusia. Dan seperti yang akan kita lihat pengertian mati di sini tidak sama dengan matinya bunga mawar. Tetapi pertanyaan yang akan kita bahas dalam artikel ini adalah, “Tuhan kok mati?”. Kita akan melihat kebenaran dari fakta ini. Tuhan mati, karena:
- Karena Tuhan menanggung dosa seisi Dunia.
Sama seperti Adam tidak akan mengalami kematian jika ia tidak jatuh ke dalam dosa, demikian juga halnya dengan Tuhan Yesus, Dia tidak akan mengalami kematian jika dosa seluruh dunia tidak ditimpakan kepada-Nya. Kematian masuk ke dalam dunia karena dosa. Karena manusia berdosa maka ia mengalami kematian. Itulah sebabnya kita melihat dan mengetahui bahwa semua manusia pasti akan mati.
Tetapi kematian Tuhan Yesus bukan karena Dia melakukan dosa atau karena dampak dari dosa Adam, kematian Tuhan Yesus karena dosa seisi dunia ditimpakan ke atas diri-Nya di atas kayu Salib. Dosa semua manusia mulai dari Adam sampai manusia terakhir yang akan lahir, ditimpakan ke atas Tuhan Yesus.
Ibrani 9:28a “Demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang”. Roma 6:10 “Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya”.
Tentu saja, Tuhan Yesus mati karena Dia juga punya tubuh manusia. Jika Tuhan tidak memiliki tubuh manusia maka tidak ada yang namanya kematian. Saat Tuhan Yesus mati, tubuhnya di kuburkan dan Roh-Nya kembali ke Firdaus. Firdaus adalah taman Allah atau yg disebut juga Sorga.
Kematian Tuhan Yesus sama seperti kematian manusia pada umumnya. Mati tidak berarti hilang lenyap dan tidak ada lagi. Kematian adalah terpisahnya roh dari raga. Kematian hanya merupakan pintu masuk ke kehidupan selanjutnya. Tubuh dan Roh Tuhan Yesus hanya terpisah selama tiga hari. Karena tiga hari kemudian Ia bangkit dari kematian.
Saat Tuhan dalam tubuh manusia, Ia mengalami lelah, derita, Ia juga meneteskan air mata dan dihianati oleh murid-Nya. Tetapi Tuhan Yesus tidak pernah sakit karena penyakit hanya bagi tubuh yang berdosa. Karena Tuhan Yesus tidak berdosa maka Ia tidak dapat sakit. Itulah sebabnya mengapa tubuh Tuhan Yesus dapat menanggung dosa manusia. Karena tubuhnya tidak berdosa dan karena Dia adalah Tuhan yang menjadi manusia. “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya” (I Petrus 2:2).
Apakah dosa dapat ditanggung oleh orang lain yang tidak berdosa? Tidak bisa! Karena tidak ada yang namanya manusia yang tidak berdosa, selain Tuhan Yesus. Sebab itu hanya Tuhan Yesus yang dapat menanggung dosa manusia. Ajaran penanggungan dosa, Tuhan ajarkan dalam Alkitab, dan ajaran ini sebenarnya sudah dipraktikkan oleh manusia. Seperti contoh banyak orang yang menjadi penanggung utang orang lain (keluarga atau teman bisnisnya). Jadi, hal mengenai tanggung menanggung “sesuatu” adalah hal yang wajar dan di lakukan oleh manusia pada umumnya. Tetapi mengapa dalam hal dosa, manusia tidak dapat menanggung dosa sesamanya atau dosa orang tuanya atau dosa anak-anaknya? Karena mereka juga orang berdosa. Syarat dapat menanggung dosa manusia adalah harus manusia yang tidak berdosa. Jadi, kebenaran pertama, mengapa “Tuhan kok mati?” adalah karena Tuhan Yesus menanggung dosa seisi dunia. Kebenaran kedua adalah:
- Karena Hanya Tuhan yang dapat menggantikan semua manusia dihukum mati.
Andaikata ada satu manusia yang tidak berdosa selain dari Tuhan Yesus. Apakah orang ini dapat menggantikan semua manusia dihukum mati? Tidak! Dia tidak dapat. Karena dia pribadi yang terbatas, tidak Maha Kuasa. Hanya pribadi yang tidak terbatas yang dapat menggantikan semua manusia dihukum mati. Karena Yesus Kristus pribadi yang tak terbatas dan yang Maha Kuasa, maka hanya Dia yang dapat menggantikan semua manusia dihukum.
Penghukuman Tuhan dalam hal dosa tidak mengenal batasan waktu. Hukuman Tuhan tidak seperti hukuman manusia pada umumnya atau hukuman sebuah negara. Negara menghukum manusia dengan cara mengurung mereka di dalam penjara. Manusia menghukum kejahatan dengan berbagai cara. Tetapi baik negara maupun manusia tidak menghukum tanpa batas waktu atau selama-lamanya dan tidak menghukum di Neraka. Tetapi hukuman Tuhan mencakup kedua hal itu.
Mungkin ada yang bertanya, mengapa manusia di hukum di Neraka selama-lamanya, sementara Yesus Kristus hanya menanggung dosa manusia di atas kayu Salib hanya dalam waktu yang singkat? Karena Yesus adalah pribadi yang tidak terbatas, pribadi yang tidak terbatas dapat menggantikan hukuman manusia dalam waktu yang terbatas.
Kalau begitu, mengapa Yesus mati hanya selama tiga hari? Karena Tuhan Yesus berkuasa atas kematian. Hidup dan mati ada di tangan Tuhan. Jadi, jika Yesus mati karena kehendakNya sendiri maka Ia bangkit juga adalah karena kuasa-Nya sendiri. Yesus yang tidak terbatas dapat menggantikan semua manusia mati hanya dalam waktu tiga hari tetapi jika manusia yang terbatas menanggung dosanya sendiri maka ia akan mati dalam api Neraka selama-lamanya.
Ada yang bertanya, apakah hukuman di Neraka itu semua sama? Tentu saja berbeda-beda. Mengapa hukumannya berbeda-beda? Karena tidak mungkin hukumannya sama terhadap orang yang mencuri ayam satu ekor dengan orang yang berzinah. Jadi, orang di Neraka sama-sama dihukum dan sama-sama kekal tetapi bedanya dalam hal “berat atau jenis” hukumannya, sesuai dengan dosa yang dia lakukan.
Sejak manusia pertama berdosa, mereka sudah dijanjikan seorang penyelamat yang akan menyelamatkan mereka. Penyelamat ini akan mati menggantikan mereka. Sebagai gambaran-Nya, sebelum Ia datang, Tuhan menyuruh menyembelih domba sebagai gambaran pengorbanan juruslamat di kayu Salib.
Dia harus dikorbankan untuk menggantikan semua manusia yang berdosa. Seperti ada tertulis, Yesus Kristus adalah anak domba Allah. Sebagai anak domba Allah, Dialah satu-satunya yang dapat menggantikaan semua manusia.
Jika Tuhan Yesus tidak mati maka tidak ada pengampunan bagi semua manusia. Jadi, kebenaran kedua, “Tuhan kok mati?” adalah Karena Hanya Tuhan yang dapat menggantikan semua manusia dihukum mati. Kebenaran ketiga adalah:
- Karena Tuhan memberikan nyawa-Nya sendiri.
Tuhan dapat melakukan segala sesuatu yang tidak bertentangan dengan sifat-sifat-Nya. Dia dapat menciptakan alam semesta dari bahan yang tidak ada. Dia dapat menjadi manusia. Tentu Dia juga dapat mengalami kematian. Kematian di sini dalam hubungannya dengan keadaan-Nya sebagai manusia. Tuhan tidak mati dalam pengertian tidak ada lagi (keberadaannya tidak hilang lenyap) karena setelah mati pun manusia tetap ADA. Jika manusia tetap ada setelah mati demikian juga halnya dengan Yesus Kristus, Dia tetap ADA. Banyak orang berpikir ANEH tentang kematian Tuhan Yesus. Mereka tidak setuju, Tuhan tidak dapat mati. Tentu saja, Tuhan tidak dapat mati JIKA Dia tidak menjadi manusia. Tetapi sewaktu jadi manusia Tuhan bisa mati. Justru sebaliknya yang salah, jika Tuhan Yesus tidak dapat mati berarti Dia bukan Tuhan. Karena HANYA Tuhan yang dapat memberikan nyawa-Nya serta mengambilnya kembali. Tidak ada manusia yang memiliki nyawanya sendiri, semua nyawa manusia adalah pemberian Tuhan. Dan tidak ada manusia yang mampu mengambil nyawanya kembali.
Yohanes 10:15 “Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku” (17-18) “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali.
Tuhan memberikan nyawanya bagi domba-dombaNya. Domba-domba adalah gambaran dari orang-orang percaya. Orang-orang yang percaya pada pengorbanan Kristus di kayu Salib. Di kayu Salib, Tuhan Yesus tergantung dan terkutuk. Dia terkutuk karena kutuk dosa semua manusia “ditimpakan” ke atas-Nya.
Karena kasih-Nya, Tuhan memberikan nyawa-Nya. Tuhan sendiri yang mau mati, kasih-Nya kepada manusia membuat Dia datang ke dalam dunia, dan memberikan nyawa-Nya. Seperti ada tertulis “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Manusia tidak dapat memisahkan kemanusiaan Yesus dengan diri-Nya sebagai Tuhan. Yesus Kristus adalah Tuhan yang menjadi manusia. Karena “Seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia.” Tidak pernah sedetik pun Tuhan berhenti menjadi Tuhan saat Dia menjadi manusia. Dalam keadaan-Nya sebagai manusia Dia tetap Maha Kuasa, Maha Tahu dan Maha Kasih.
Tidak ada satu mahluk pun yang ada di Sorga atau yang ada di Bumi mapun di bawah Bumi yang mampu mengambil nyawa Tuhan Yesus. Kecuali Dia berikannya sendiri. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mati karena Ia yang memberikan nyawa-Nya. Betapa kasih-Nya kepada manusia. Betapa kasih bagi Anda dan saya. Kita yang seharusnya binasa karena semua dosa-dosa kita telah Tuhan selamatkan. “Karen begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
(Ranto Vaber Simamora)